Journalist Club Sisma

Berdiri, Berlari, Mengejar Informasi

Bali Tetap Jadi Sasaran Terorisme


Pihak berwenang Indonesia mengatakan polisi di pulau wisata Bali menewaskan para tersangka militan yang berencana melakukan serangan, antara lain, perampokan terhadap sasaran di seluruh pulau itu. (Voice of America, 2012)

Saya kaget. Ketika hendak pulang ke kota Denpasar, saya mendengar berita tentang baku tembak polisi dengan tersangka teroris. Kejadian ini membuat saya berpikir. Kenapa Bali selalu jadi sasaran terorisme? Mungkin karena Bali banyak dikunjungi wisatawan asing, selain itu Bali juga terkenal dengan budayanya yang khas, tentu menjadi daya tarik sendiri bagi wisatawan dan teroris.

Berita tentang tertangkapnya teroris di Bali banyak disiarkan melalui televisi dan media massa. Saya juga sempat online dan membaca berita dari VOA yang berjudul “Pihak Berwenang Tewaskan 5 Militan di Bali”. Berita ini mengabarkan bahwa tersangka teroris berjumlah lima orang dan telah dinyatakan tewas setelah baku tembak dengan polisi, minggu malam (18/3). Kejadian ini membuat saya prihatin. Lagi-lagi Bali menjadi sasaran terorisme. Usut diusut, ternyata pelaku teroris selain melakukan serangkaian aksis teror, juga diyakin sedang mengumpulkan dana. Dana yang dikumpulkan mungkin akan digunakan untuk membeli bahan peledak serta melancarkan aksi terornya. Namun, untungnya polisi berhasil mengamankan pelaku dan langsung menembak mati ditempat.

Kejadian terorisme di Bali bukan yang pertama kalinya. Bom Bali 2002 atau disebut juga Bom Bali I merupakan rangkaian tiga peristiwa pengeboman yang terjadi pada malam hari tanggal 12 Oktober 2002. Dua ledakan pertama terjadi di Paddy’s Pub dan Sari Club (SC) di Jalan Legian, Kuta, Bali, sedangkan ledakan terakhir terjadi di dekat Kantor Konsulat Amerika Serikat. Korban yang tewas berjumlah 200 orang dan kebanyakan dari mereka adalah wisatawan dari Australia.

Saya heran. Kenapa mereka mau melakukan bom bunuh diri? Apa yang mempengaruhi mereka sehingga mau melakukan aksi teror yang memakan banyak korban? Berbagai alasan pun terungkap. Salah satunya jihad. Menurut mereka aksi terorisme berupa bom bunuh diri, pembunuhan orang-orang kafir tanpa alasan yang benar, dan menimbulkan kekacauan merupakan bagian dari jihad. Sesungguhnya ini adalah kenyataan yang sangat menyedihkan.

Fakta tersebut membuktikan bahwa moral masyarakat Indonesia masih lemah. Padahal pemerintah sudah memberikan wajib belajar 9 tahun. Tapi? Tetap saja terjadi kemerosotan moral. Seharusnya pemerintah lebih memberikan pendidikan budi pekerti dan keagamaan. Tujuannya agar masyarakat dapat membentengi diri dengan nilai agama yang mereka peroleh. Dengan diajarkannya pendidikan budi pekerti dan agama, masyarakat diharapkan dapat mengindari diri dari ajaran-ajaran yang menyimpang. Jangan sampai mereka melakukan aksi teror yang justru merugikan banyak orang.

Pendidikan agama dan budi pekerti sangat penting. Saya ingat perkataan Albert Einstein, seorang ilmuwan Yahudi yang menyebutkan bahwa ilmu tanpa agama buta, agama tanpa ilmu lumpuh. Ada dua point penting disini. Pertama, tentang pentingnya agama untuk melambari ilmu pengetahuan dan yang kedua perlunya ilmu dalam pengamalan agama. Sekarang saya tanya. Apakah mungkin seseorang yang bodoh dapat merakit bom? Tentu hanya orang pandai yang bisa melakukan itu. Namun kepandaiannya itu disalahgunakan. Kenapa? Karena minimnya pengetahuan agama yang mereka peroleh.

Budi pekerti juga penting. Apakah orang yang memiliki etika mau melakukan bom bunuh diri? Tentu tidak. Saya pun juga begitu, dibayar berapa pun saya tak ingin meledakan diri saya sendiri. Pendidikan budi pekerti mengajarkan kita berkelakuan baik dalam menjalani kehidupan ini. Kalau kita berbudi pekerti, maka jalan kehidupan kita paling tidak tentu selamat, sehingga kita bisa berkiprah menuju kesuksesan hidup, kerukunan antar sesama dan berada dalam koridor perilaku yang baik. Sebaliknya, kalau kita menyampingkan budi pekerti, maka kita akan mengalami hal-hal yang tidak nyaman, seperti tidak disenangi atau tidak dihormati orang lain, sampai yang berat seperti melakukan tindakan bom bunuh diri.

Mari sejenak kita bayangkan kalau Bali aman dan Indonesia tentram. Pasti banyak wisatawan yang datang ke Indonesia. Masyarakat juga akan sejahtera karena dari wisatawan mereka dapat memperoleh penghasilan, misalnya dengan menjual aksesoris khas Bali ataupun menjadi guide. Banyak hal yang bisa kita lakukan jika negara kita ini aman. Mulai dari bekerja hingga bermasyarakat. Tunjukkan kepada wisatawan kalau kita negara yang memiliki etika dan moral. Jangan hancurkan nama bangsa dengan kegiatan teroris yang justru merugikan masyarakat dan bangsa kita.

Kita juga sebagai masyarakat harus turut membantu pihak kepolisian dalam membrantas terorisme di Indonesia. Kalau bukan kita, siapa lagi? Atau mau tunggu bom meledak dulu baru kita bertindak? Sudah cukup aksi teror ini merugikan negara kita!. Ayo bangkit, Indonesiamu, Indonesiaku, Indonesia kita! (Yudha Surya Pradipta)

Diikut sertakan dalam Kontes Blog yang diselenggarakan oleh VOA (Voice of America)

*gambar diambil dari sini

Maret 21, 2012 - Posted by | Artikel |

2 Komentar »

  1. semakin menakutkan aja nieh..
    bulan depan padahal mau liburan ke bali…

    Komentar oleh mahardika Pakar | Maret 21, 2012 | Balas

    • waspada aja gan, semoga bali aman selalu 😀

      Komentar oleh programa tujuh | Maret 22, 2012 | Balas


Tinggalkan komentar