Journalist Club Sisma

Berdiri, Berlari, Mengejar Informasi

Wayan Dharma, Laut Hidupku

NelayanTatkala sang mentari kembali pulang ke peraduannya bumi pertiwipun gelap gulita, hanya kerlip bintang yang bertaburan di atas birunya langit. Semua makhluk terlelap dalam mimpi indahnya, namun sesosok pria paruh baya masih tetap bertarung di tengah lautan lepas demi sesuap nasi di esok hari. Tak ada teman tak ada sanak keluarga hanya dinginnya malam yang masih mau menemaninya, di bawah sinar rembulan pak tua itupun menggelar jaringnya berharap para penghuni laut terperangkap di dalammnya.

Pak Wayan Dharma (52) tak pernah menyangka kalau aktifitas itu bisa dijalaninya sampai sekarang pasalnya pada bulan Pebruari lalu di tengah lautan lepas ia dan kawan-kawan seperjuangannya dalam kelompok nelayan Beji Asri terjebak dalam gelombang besar. Hujan lebat yang disertai angin membuat lampu perahunya mati, tidak ada yang dapat mereka lakukan dalam kegelapan kecuali menunggu pagi hari. “Saat itu saya sangat takut sebab beberapa hari lalunya ada nelayan di daerah kubutambahan yang hilang ketika memancing akibat gelombang besar juga” ungkapnya. Namun alangkah senangnya suami dari ibu Nyoman Widiasih (45) itu ketika fajar mulai menyingsing, dan iapun bisa kembali menepi dengan selamat.

Beliau mengawali karirnya sebagai nelayan sejak kelas empat SD, ia tidak sempat menamatkan sekolahnya karena masalah biaya, hingga ia harus turun kedunia kerja di usia sedini itu dan memilih profesi nelayan. Bapak itu mengaku sejak kecil ia memang suka memancing, karena sewaktu ia kecil penghasilan nelayan cukup menggiurkan. “Memang dulu penghasilan nelayan itu lumayan, sampai-sampai waktu masih muda saya bisa bikin rumah dari hasil melaut, tapi sayang dik sejak tahun 2000 penghasilan kami merosot tajam” ceritanya. Setelah kami telisik lebih jauh ternyata alasan utama kemrosotan penghasilan nelayan itu adalah perbandingan jumlah nelayan dan hasil laut yang tidak sebanding, semakin hari jumlah nelayan semakin banyak akan tetapi hasil laut malah berbanding terbalik menjadi menurun. Baca lebih lanjut

Desember 5, 2011 Posted by | Berita Kisah | , , , , | Tinggalkan komentar

Mimpi Besar Nyoman Subri

Tiang sampun buta huruf, masa anak tiang juga. Kan mau mengubah keturunan.” Ujarnya.

Pagi itu hari sangat cerah. Matahari belum menampakkan kakinya. Tak terlihat kesibukan yang berarti. Hanya kendaraan lalu lalang dan sesekali terdengar suara sendok dan garpu yang saling beradu. Dalam warungnya hanya terdapat panci dan penggorengan sebagai teman-nya untuk mengais rejeki. Baca lebih lanjut

Juni 11, 2010 Posted by | Opini | , , | Tinggalkan komentar

Mimpi Besar Mang Didi

Subuh itu hujan rintik-rintik, udara menjadi begitu dingin. Tetapi Suryadi atau biasa dipanggil Mang Didi (50) tidak bisa berleha-leha bersembunyi di balik selimut hangat seperti umumnya kebiasaan orang lain di saat subuh. Dalam balutan kaos kumal tipisnya dia sudah mengayuh becaknya mengantar anaknya dari rumahnya di kawasan Guntur, Kelurahan Paminggir, Garut. Baca lebih lanjut

Mei 31, 2010 Posted by | Profil | , , , | Tinggalkan komentar

Ni Luh Dwi Indrayani, Berkah Kegagalan

Ni Luh Dwi Indrayani

Tiap detik lebih berarti dan tiap menit lebih bermakna, itulah pegangan hidup dari Ni Luh Dwi Indrayani. Seorang yang memiliki watak sederhana namun cerdas dalam berpikir. Baca lebih lanjut

Maret 25, 2010 Posted by | Berita Kisah | , , , | 177 Komentar